header-int

Distingsi IAI Agus Salim Metro: Kampus Multikultural dan Entrepreunership

Selasa, 15 Nov 2022, 14:46:36 WIB - 383 View
Share

  1. Pendidikan Multikultural

Multikulturalime digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang kehidupan didunia ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keagaman, dan berbagai macam budaya, yang ada di kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai dan sistem, kebiasaan dan lain-lain” (Azzurmadi Azra.1997).

Tujuan hasil yang didapatkan pendidikan mulkultualisme dalam definisi, pola, asumsi, dan pembelajaran, ada banyak variasi dari tujuan khusus dan umum pendidikan multikultural digunakan oleh perguruan tinggi sesuai dengan faktor-faktor kontektual seperi visi, misi dan tujuan pendidikan. Multikultural mencakup 3 aspek (kognitif, afektif dan tindakan) dan berhubungan baik nilai intrisik dan nilai-nilai instrumental (sarana) dari pendidikan multikultural.

Dengan demikian, Institut AgamaIslam (IAI) Agus Salim yang berada  di tengah-tengah masyarakat majemuk dan multikultural di Metro, dalam merumuskan distingsi Institut Agama Islam (IAI) Agus Salim Metro memperhatikan aspek-aspek multikukturalitas masyarakat yang ada. Hal ini dikarenakan dalam perspektif sejarah, Metro terbentuk dari proses pergumulan budaya antara etnik pendatang dengan warga asli (suku asli). Agar nantinya tidak menimbulkan perdebatan, maka distingsi tersebut harus mampu mengakomodir nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang ada. Dengan kata lain, apa yang dirumuskan oleh Institut AgamaIslam (IAI) Agus Salim Metro mampu bersinergi dengan kompleksitas nilai-nilai yang ada, agar tidak menghambat terciptanya situasi masyarakat yang kondusif dan komunikatif.

Membangun masyarakat multikultural di tengah-tengah heterogenitas, modernitas, globalisasi suatu masyarakat bukanlah perkara yang mudah. Akan tetapi perlu melibatkan banyak unsur didalamnya, mulai dari tingkat bawah sampai stakeholder setempat. Lain dari pada itu, usaha dan upaya ini tidak dapat dilakukan “setengah hati” karena akan berpengaruh pada tujuan (goal) yang dicanangkan. Karenanya, Institut Agama Islam (IAI) Agus Salim Metro, dengan sadar, terencana, menyeluruh dan komprehensif, berusaha untuk merumuskan distingsi bagi perguruan tinggi tersebut.

Mengapa Institut Agama Islam (IAI)  Agus Salim Metro mengawalinya? Secara umum, hal ini didasarkan pada konteks masyarakat Lampung yang multikultural. Selain itu, sudah sepatutnya masyarakat kita kembali menelusuri rekam jejak nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) dari masing-masing etnis dan suku yang ada. Yang lebih penting adalah makna substantif dari kearifan lokal perlu direvitalisasi dan dikontekstualisasikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga harga diri dapat diletakkan dalam upaya pengembangan prestasi; tidak menjadi  menjadi faktor penyebab dan pendorong kebermunculan konflik. Pada saat bersamaan, hasil revitalisasi perlu dibumikan atau diinternalisasikan ke dalam seluruh masyarakat sehingga menjadi identitas kokoh bangsa, bukan sekadar menjadi identitas suku atau masyarakat tertentu.

Atas dasar inilah, Institut Agama Islam (IAI) Agus Salim Metro menilai bahwa untuk mengangkat bergaining position Institut Agama Islam (IAI) Agus Salim di Metro maupun Lampung bahkan Sumbagsel, perlu kiranya mewujudkan distingsi itu, yaitu dalam bentuk pendidikan multikultural berkearifan lokal (local wisdom). Pendidikan multikultural berkearifan lokal (local wisdom) dapat modal dasar bagi segenap unsur masyarakat Lampung, terutama yang menggunakan jasa pendidikan Institut Agama Islam (IAI) Agus Salim untuk mewujudkan masyarakat yang multikultural. Kearifan lokal yang telah ditransformasi dalam bentuk mata kuliah diharapkan dapat digali, dikemas dan dipelihara dengan baik untuk kemudian diinternalisasikan oleh seluruh unsur masyarakat. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat dijadikan sebuah alternatif sebagai perisai atau pedoman hidup (way of life). Dari sinilah maka akan melahirkan manusia-manusia yang tulus, mau mengakui kelemahan diri masing-masing, membuang jauh-jauh sikap egoisme, keserakahan, serta mau berbagi dengan yang lain sebagai entitas dari bangsa yang sama.

 

 

  1. Entrepreneurship Syariah

Entrepreneurship Syariah adalah segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara perniagaan dalam rangka memproduksi suatu barang atau jasa dengan jalan tidak bertentangan dengan syariat.

  • Entrepreneurship dianggap sebagai jihad fii sabilillah (strong efforts to do good things in the name of Allah)
  • Entrepreneur dianggap sebagai amal Sholeh (good deeds) karena kegiatan e/ship menyediakan pendapatan kepada individu, menawarkan kesempatan kerja kepada masyarakat, sehingga mengurangi kemiskinan. Dimana kemiskinan adalah salah atu dari persoalan sosial.
  • Entrepreneurship juga meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan melakukan kebajikan melalui E/ship, akan mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antara individu dan individu serta akan membantu menjaga hubungan yang lebih baik antara individu dengan tuhannya.
  • Meningkatkan kualitas hidup, hidup lebih nyaman menguatkan kedudukan socio-econimic negara, agama dan bangsa khususnya di Kampus STIT Agussalim Metro.
  • Membantu mengembangkan khairun ummah (masyarakat terbaik, yang produktif dan maju (progreessive)

Dalam berkehidupan berbangsa, bernegara atau beragama, sebuah kaum, komunitas atau apaun istilahnya, tidak akan bisa tegak apabila didalamnya tidak ada sebuah ketahanan. Baik dari ketahanan secara politik, militer ataupun ekonomi. Ketiga hal tersebut adalah pilar utama dalam sebuah kehidupan sebuah kaum atau negara. Ketiganya saling menguatkan dan menjadi sebuah kesatuan yang tidak akan terkalahkan menghadapi setiap perubahan zaman di sekelilingnya.

Sudah saatnya umat muslim, membangkitkan perekonomian islam (meskipun sebenarnya dari dulu sudah dikumandangkan). Bila kita belum bisa mengawali dengan sistem makro islam yang bagus, setidaknya kita melangkah dari pribadi kita, pribadi pribadi sebagai muslim. Sesuatu yang besar pasti dimulai dari yang kecil. Kebangkitan ummah tentu harus diawali dengan para pioner. Tidak perlu dengan ilmu muluk muluk. Bisa dengan ilmu yang sederhana, dengan berjalannnya waktu kita bisa sambil belajar untuk semakin baik. Tidak perlu menunggu pintar, karena pintar itu relatif, karena pintar itu bukan kewajiban dan yang pasti, pintar itu bisa diambil dari pengalaman. Yang utama adalah kita harus bertindak (action).
Dalam sebuah hadist Rosulullah mengungkapkan yang intinya, rezeqi itu sembilan dari sepuluh berasal dari perniagaan. Dengan itu telah diisyaratkan, sebenarnya rezeqi itu sudah dibuka pintunya, hanya saja kita tidak tahu atau tidak mau untuk membuka dan melangkah. Mari kita menjadi entrepreneur entrepreneur muslim yang dengannya kita juga bisa memberikan kontribusi untuk ummah juga investasi kita di akhirat.

  1. Konsep Entrepreneurship dalam  Islam
  1. Syumul (terintegrasi) yang berarti entrepreneurship tidak terpisah atau terisolasi dari islam itu sendiri, justru entrepreneurship berada dalam sistem islam (aqidah,syariah,akhlah & etika) supaya kegiatan berEntrepreneurship tidak terasing dari kewajiban-kewajiban lain di dalam islam.
  2. Berniaga di dunia tetapi punya hubungan dengan agama dan kehidupan di akhirat. – Dunia Untung, Akhirat Untung
  3. Sebagai agama untuk kesejahteraan dunia dan akhriat, islam memandang tinggi kegiatan keEntrepreneurshipan ini. Dalil haditnabi : sesunggunga 9/10 sumber rejeki diperoleh melalui perniagaan. Dan Allah menghalalhan jual beli dan mengharamkan riba (Qs:2:275)
  4. Dengan niat dan cara yang diridhoi Allah, berEntrepreneurship menjadi salah satu ibadat dan mendapat ganjaran pahala di sisi Allah karena ia menyumbang kepada sumber rejeki individu dan keluarga. Dengan memenuhi keperluan masyarakat baik dengan barang/jasa dianggap sebagai penunaian Fardhu kifayah  dengan jalan memenuhi salah satu barang/jasa keperluan masyarakat.

Iai Agus Salim Institut Agama Islam Agus Salim Metro Jl. jenderal Sutiyoso No.7 Metro Pusat. Lampung
© 2024 IAI Agus Salim Follow IAI Agus Salim : Facebook Twitter Linked Youtube